Selasa, 10 Mei 2016

TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN HIV/AIDS



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
         HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan dikaitkan dengan kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan HIV di dalam tubuh untuk waktu yang sangat lama,  bahkan melebihi pikiran yang umum yaitu lima sampai sepuluh tahun. Banyak cara yang bisa ditempuh agar kekebalan tubuh tidak berkurang dan kita tidak rentan terhadap serangan penyakit.
         Ketika kita baru memulai terapi alternative, barangkali kita sedikit kebingungan. Ada akupuntur, yoga, jamu-jamuan, pijat, refleksi, meditasi, vitamin,olahraga pernapasan dan lain-lain. Sebelum memilih tarapi tertentu, ada baiknya kita perjelas lagi apa yang kita harapkan dari terapi tersebut. Proses belajar ini bemanfaat untuk dijalani, karena akan memperluas wawasan kita mengenai HIV dan kesehatan secara keseluruhan.
         Penting bagi kita untuk mengerti manfaat terapi alternatf bagi seseoang yang HIV-positif. Walapun kita tidak boleh menutup kemungkina adanya keajaiban dan terjadi kesembuhan, sampai saat ini belum terjadi status oran ang HIV-positif berubah menjadi HIV-negatif. Leh karena itu, pelajari terapi alternative yang ditawarkan pada kita.
A.   Rumusan masalah
a.    Apa  yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
b.    Apa terapi komplementer bagi pasien HIVdan AIDS ?



B.   Tujuan
1.    Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari terapi komlementer
2.    Mahasiswa mampu mengetahu terapi koplementer pada pasien HIV dan AIDS.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Terapi komplementer
1.    pengertian terapi komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Terapi merupakan usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization). Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan. Misalnya jamu yang merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di Negara Singapura. Di Indonesi sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu Negara.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakuka sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan makro nutrient dan mikro nutrient.
2.    Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh. Terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit. Karena tubuh kita sebenarya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkanya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.

3.    Jenis-Jenis Terapi Komplementer
Jenis pelayanan pengobatan komplementer-alternatif berdasarkan permenkes RI Nomor: 1109/Menkes/2007 adalah:
1)      Intervensi tubuh dan pikiran : hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, dao dan yoga.
2)      Sistem pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, natropati, aromaterapi.
3)      Pengobatan farmaklogi dan biologi : jamu, herbal
4)      Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient dan diet mikro nutrient.
a.    Akuputur : suatu metode tradisional china yang menghasilkan analgesia atau perubahan fungsi sistem tubuh dengan cara memasukan jarm tipis di sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meridian. Manipulasi jarum langsung pada meridian energy akan mempengaruhi organ interna dalam dengan pengalihan qi (shi)
b.    Akupresur : sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijat, mengurut bagian dari tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, menghasikan analgesia, atau mengatur fungsi tubuh.
c.    Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksas tubuh dan menekankan pikiran menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.
d.    Psikoterapi : pengobatan kelainan mental dan emosional dengan teknik psikologi.
e.    Yoga : teknik yang berfokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernapasan, dan kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah memperoleh kesejahteraan mental dan fisik melalui pencapaian kesempurnaan tubuh dengan olahraga, mempertahankan postur tubuh, pernapasan yang benar, dan meditasi.
f.     Terapi relaksasi : tehnik terapi relaksasi meliputi meditasi, hipnotis dan relaksasi otot. Walaupun tehinik-tehnik ini bisa mengurangi stress dan membuat tubuh lebih bugar, tetapi masih belum jelas efektifitas tekhnik terapi relakasasi terhadap penyakit asma.
B.   Terapi komplementer pada pasien HIV dan AIDS
1.    Terapi informasi
Untuk mengetahui ‘terapi informasi’, mungkin kita harus mencari arti kata ‘terapi’ terlebih dahulu. Dalam kamus, definisi terapi adalah “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut “usaha medis”  dan juga tidak disebut penyembuhan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada sekedar pengobatan atau perawatan.. apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang sakit dapat dianggap terapi.
Kita cenderung menganggap ‘terapi’ sebagai suatu yang fisik: pil, jamu, pijat, akupuntur. Jarang kita dengar ‘informasi dianggap sebagai terapi. Terapi informasi melatarbelakangi semua bentuk terapi lain. Tanpa informasi, bagaimana kita dapat mengetahui tentang berbagai terapi yang ada? Apakah terapi itu efektif? Untuk gejala apa? Dimana terapi itu tersedia? Bagaimana kita dapat memperolehnya? Dan berapa harganya?
Terapi informasi bukan sekedar penegtahuan. Kita ambil contoh seseorang yang baru dites HIV dan hasilnya ternyata positif. Setelah lewat rasa terkejut (shock), banyak pertanyaan akan muncul: apa itu AIDS? Apa bedanya dengan HIV? Bagaimana kelanjutanya? Bagaimana penularanya? Apa pengobatanya? Gejalanya apa? Orang yang baru ditentukan terinfeksi HIV (serta keluarga dan sahabatnya) pertama akan merasa mati kutu. Konseling pasca (atau sesudah) tes yang paling sempurna pun tidak mungkin dapat menjawab semua pertanyaan kita dan kita tidak berada dalam keadaan untuk bertanya, atau pun menangkapi jawaban. Pasti kita merasa muram, kita tidak dapat membayangkan masa depan. Apa pengobatan untuk dperesi ini? Bukan obta, bukan pengobatan medis, tetapi jawaban terhadap pertanyaan kita. Informasi, dengan bentuk dan bahasa yang dapat kita pahami dn pada waktu kita perlukan. Informasi akan mengobati ketidakpahaman kita, depresi kita, memulihkan dan menyelakan jiwa kita. Dan seperti halnya berbagai macam terapi, terapi informasi adalah suatu perjalanan, sebuah proses yang akan berlangsung secara terus-menerus.
Ketakutan terhadap hal yang tak dikenal adalah macam ketakutan yang buruk. Kita semua pernah mengalami kekhawatiran yang diakibatkan oleh ketakutan kita tahu dampaknya terhadap tidur, nafsu makan, terhadap kemampuan kita untuk melanjutkan kehidupan kita sehari-hari. Kita semua tahu bagaimana ketakutan ini dapat memepengaruhi kesehatan kita sendiri. Adalah terkenal bahwa stres dapat mempengaruhi system kekebalan tubuh kita, jadi dalam keadaan stres, kita lebih mungkin terinfeksi penyakit seperti flu dan ini juga akan menambah rasa khawatir dan takut, terutama bagi odha.
Pertolongan perta auntuk mengobati ketakutan terhadap hal yang tak diketahui adalah informasi yang jelas dan tepat. Bila kita mulai memahami apa arti menjadi HIV-positif, kita dapat mulai menerima penyakit ini, mungkin bahwa itu bukan vonis mati, dan mulai merencanakan tanggapan kita sendiri yaitu kumpulan terapi lain yang kita akan mengukutinya. Dengan perncanaan begitu dan tindakanya dan rasa ketakutan kita akan berkurang dan stress yang terkait denganya akan mulai menurun juga. Jadi, informasi untuk membantu kita jadi paham.

2.    Terapi spiritual
      Dewasa ini konsep kedokteran moderen mengenai pengobatan ialah dengan pertimbangan aspek biopsikososial. Artinya pengobatan tidak hanya berusaha untuk mengembalikan fungsi fisik seseorang tetapi juga fungsi psikis dan social. Pendekatan ini menepatkna kembali pengobatan spiritual sebagai salah satu cara pengobatan dalam upaya penyembuhan penderita.
      Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama. Seseorang pemeluk agama islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan spiritual yang dilaksanakan sesuai ajaran agama islam, misalnya berzikir, berdoa, berpuasa, sholat hajat dll. Dalam agama lain juga terdapat kegiatan ritual untuk penyembuhan baik yang dibimbing oleh rohaniawan maupun yang dilakukan sendiri. Odha dapat memilih untuk menjalankana pengobata spiritual yang sesuai dengan agamanya atau pengobatan spiritual yang berlaku umum. Bila dia memilih pengobatan spiritual yang sesuai dengan agamanya maka kegiatan tersebut tidak asing lagi baginya serta mendukung jemaah yang dikenal dan akrab akan mempermudah sosialisasi.
3.    Terapi nutrisi
      Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV /AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi system imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai pada orang degan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena HIV menyebabkan kehilangan nafsu makan dan gangguan absorbs zat gizi. Di unti perawatan intermediet penyakit terdapat 87% ODHA dengan berat badan di bawah normal.
      Sebagian besar para ODHA dan keluarga mengatakan bahwa nafsu makanya menurun sehingga frekuensi makan juga berkurang. Keadaan ini dimanfaatkan oleh HIV untuk berkembang lebih cepat. Di samping itu daya tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang. Untuk mendapatkan nutrisi yang sehat dan berimbang, ODHA sebaiknya mengosumsi makanan yang bervariasi, seperti makanan pokok, kacang-kacangan, produk susu, daging, serta sayur dan buah-buahan setiap hari, lemak dan gula, dan meminum banyak air bersih dan aman. Bila diperlukan bisa diberikan zat gizi mikro dalam bentuk supleme makanan sera jus buah dan sayur.
a.    Pentingnya nutrsi bagi pasien HIV/AIDS
      Nutrisi yang sehat dan sembang harus selalu diberikan pada klien dengan HIV/AIDS pada semua tahap infeksi HIV. Perawatan dan dukungan nutrisi bagi pasien berfungsi untuk (1) mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, (2) mengganti kehilangan vitamin dan minerl, (3) meningkatkan fungsi sitem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, (4) memperpanjang periode dari infeksi hingga perkembangan menjadi panyakit AIDS, (5) meningkatkan respon terhadap pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk perawatan kesehatan, (6) menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif, sehingga memungkinkan mereka untuk merawat diri sendiri, keluarga dan anak-anak mereka, dan (7) menjaga orang dengan HIV/AIDS agar tetap produktif, mampu berkerja, tumbuh baik dan tetap berkontribusi terhadap pemasukan kelurga mereka (FAO-WHO, 2002).
      Makanan penting bagi tubuh kita untuk: (1)  berkembang, mengganti dan memperbaiki sel-sel dan jaringan, (2) memproduksi energy agar tetap hangat, bergerak dan berkerja, (3) membawa proses kimia misalnya pencernaan makanan, (4)melindungi melawan, bertahan terhadap infeksi serta mambantu proses penyembuhan penyakit. Makan terdiri atas zat gizi mikro dan makro. Zat gizi mikro dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, sedangkan zat gizi makro (kabohidrat, protein dan lemak) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak (FAO-WHO, 2002).
b.    Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi pasien
      Berbagai bahan makanan yang banyak di dapatkan di Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan dapat diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada pasien.
1.    Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk mencukupi kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
2.    Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energy karena mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan sumber energy yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.
3.    Wortel kaya kandungan beta karoten sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai bahan pembentukan CD4, vitamin C, vitamin E, dan beta karoten berfungsi sebagai antiradical bebas yang dihasilkan oleh perusakan oleh HIV pada sel tubuh.
4.    Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik yakni vitamin B1, B6, B12 dan zat gizi mikro lainya yang berfungsi untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia.
5.    Buah alpukat mengandung banyak lemak yang sangat tinggi dan dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA  (mono unsaturated fatty acid) yang 63% dari jumlah tersebut berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan HDL, selain itu alpukat juga mengandung glutation untuk menghambat replikasi HIV.
c.    Jus buah dan sayur
      Orang yang terinfeksi HIV akan kehilangan selerah makan dan sulit menguyah makanan, daya serap pencernaan dan tubuh juga lemah, oleh karenyanya pasien membutuhkan makanan yang mudah dikunya dan diserap tubuh serta meningkatlkan nafsu makan. Olahan berupa jus dibutuhkan agar kandungan gizinya mudah dan cepat diserap oleh tubuh sehingga energy akan meningkatnkan dan tuuh lebih sehat.
      Gizi yang terkandung dalam jus buah dan sayuran tergolong lengkap seperti protein, kabohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Lemak yang terkandung dalam buah dan sayur termaksud lemak yang menguntungkan yang berperan sebagai komponen sel saraf, membrane sel, homon dalam tubuh.
      Jus mengandung enzim alami yang bermanfaat untuk pencernaan sehinggah tubuh tidak mengeluarkan enzim pencernaan dan energy dapat dihemat untukperbaikan peremajaan sel. Jus hanya memerlukan waktu penyerapan 5 menit sedangkan makanan yang lain memerlukan waktu 3-5 jam (putu, oka 2005).
4.    Terapi fisik
      Terapi fisik adalah upaya yang bisa dijadikan alternatif pelengkap dalam upaya memperbaiki disfungi yang berikatan dengan tubuh yang disebabkan HIV, virus penyebab AIDS. Ada beberapa jenis terapi fisik yang bisa dilakukan. Antara lain terapi makanan dan jamani.
      Pada asanya terapi yang dilakukan bisa membuat daya tahan tubuh atau keadaan kekebalan ODHA bisa dipertahankan secara maksimal, juga kondisi fisiknya tetap dilatih agar lebih kuat. Misalnya massa otot orang pada masa AIDS yang biasanya akan menurun drastis, semakin kurus. Saat seseorang mulai menunjukan gejala, masa otot dan lemak berkurang perlahan namun pasti. Kalau dari awalnya masa otot tidak diperhatikan, maka penampilan serta daya tahan akan sangat berpengaruh.
      Beberapa penelitian melaporkan bahwa olahraga dengan tigkat/ kadar sedang ternyata bisa meningkatkan system kekebalan tubuh menjadi lebih tinggi. Selama berolahraga, tubuh mengelurkan berbagai hormon. Antara lain yang berfungsi meningkatnkan mutu dan jumlah limfosit B dan T, serta endfrin, dan enkafalin, serta homon yang berfungsi menurunkan kekebalan seperti suatu hormone yang disebut ACTH. ACTH bekerja meningkatkan kadar kortisol yang berperan menekan produksi sel kekebalan.
      Keluarnya hormen tersebut sangat beraneka ragam tergantung beberapa factor, antara lain beratnya latihan. Latihan ringan sampai sedang akan mengelurkan hormone yang merangsang pembentukan system kekebalan. Sementara latihan berat yang menimbulkan kelelahan justru sebaliknya, yaitu menekan produksi sel kekebalan.
      Agar keadaan tubuh tetap stabil lebih baik memilih jenis olahraga yang tidak menimbulkan stress. Seperti jalan kaki dan renag. Terapi jenis jasmani lain yang bisa dilakukan adalah tehnik aromaterapi. Beberapa alhi menyarankan penggunaan wewangian berbagai jenis tumbuhan, seperti lavender. Yoga, meditasi, dan pemijatan merupakan tehnik yang baik untuk dipilih sebagai alternative terapi fisik-jasmani yang lain. Beberapa penelitian membuktikan bahwa jenis olah fisik tersebut mampu menghilangkan stress dan membuat tubuh tenang. Ketenangan yang diperoleh bisa meningkat pembuatan sel kekebalan tubuh di dalam tubuh






















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
            HIV/AIDS kini bukan dari akhir segalanya, dengan kemajuan diagnosis dan terapi, orang yang terinfeksi HIV/AIDS memiliki harapan hidup lebih panjang dan bisa menjalani hidup yang produktif.
            Meski tidak bisa menyembuhkan, terapi komplementer seperti: terapi informasi, terapi spritul, terapi nutrisi, dan terapi spritula, bisa memperpanjang hidup pengidap HIV/AIDS positif dan membuat mereka hidup lebih produktif.
B.   Saran
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar