Selasa, 10 Mei 2016

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di Negara – negara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara – negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun.
Penyebab Mola tidak diketahui, factor – factor yang dapat
menyebabkan antar lain : keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi.
Keluhan dari penderita seperti gejala – gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya.


2.      Tujuan Penulisan Makalah

Ø  Mengetahui definisi Mola Hidatidosa.
Ø  Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
Ø  Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.
Ø  Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa.
Ø  Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.
Ø  Mengetahui asuhan keperawatan mola hidatidosa


BAB II
PEMBAHASAN
A.    KONSEP MEDIS

1.      Definisi
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korralisnya mengalami perubahan hidrofik (kapita Selekta, hal.265)
Mola hidatidosa di sebut juga hamil anggur, dapat di bagi menjadi mola hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah pada seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikuler berukuran bervariasi fektus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesik el, dapat terdapat atau tidak terdapat fetus. (Nanda NIC-NOC)
2.      Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui  banyak faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
1.      Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2.      Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.
3.      Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta diet rendah protein.
4.      Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di identifikasikan dan penggunaan nstimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal)
5.      Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal
6.      Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.




3.      Manifestasi klinis
1)   Perdarahan pervaginam/gelembung mola
2)   Gejala toksemia pada trimester I-II
3)   Hiperemesis gravidarum
4)   Tiroktoksikosis
5)   Emboli paru
6)   Pemeriksaan fisik
·         Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
·         Kista lutein
·         Balotemen negative
·         Denyut jantung janin negative

4.      Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:
1.      Teori Missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
2.      Teori neoplasma dari Park
Dikatakan yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsiabnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke-dalam vili sehingga timbul gelembung.Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi paternal dari 1 sperma atau fertilisasi disperma).

5.      Komplikasi

a.       Perdarahan hebat
b.      Syok
c.       Infeksi
d.      Perforasi uterus
e.       Keganasan (PTG)

6.      Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis mola hidatidosa dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang :
1.      Foto thoraks
2.      pemeriksaan HCG urine atau darah
3.      USG
4.      Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat diputar dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5.      Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis


7.      Penatalaksanaan
  Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu:
1.      Perbaikan keadaan umum.

Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila anemia (Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dengan protocol penanganannya. Sedangkan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam.

2.      Pengeluaran jaringan mola.

Ada 2 cara yaitu:
a)      Kuretase
-     Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar β-hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
-     Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
-     Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan infus dengan tetesan oxytocin 10UI dalam 500 cc Dextrose 5%/.
-     Kuretase dilakukan sebanyak 2 kalidengan interval minimal 1 minggu.
b)      Histerektomi: tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup (> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).

3.      Terapi profilaksis dengan sitostatika

Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapatkan metotreksat sekitar 14%, sedangkan yang tidak mendapat sekitar
47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan pemberian kemoterapi untuk tujuan terapi definitive memberikan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis diberikan. Apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah: Metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari

4.      Pemeriksaan tindak lanjut

-       Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
-       Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol.
-       Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut.
-       Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG normal selama 6 kali berturut-turut.
-       Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto thoraks setelah saru tahun semuanya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
-       Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat taua pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajiana
a.       Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b.      Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
c.       Riwayat kesehatan, yang terdiri dari :
·           Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
·           Riwayat kesehatan masa lalu :
-     Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
-     Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
-     Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
-     Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,bau,warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
-     Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
-     Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
-     Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
-     Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat,tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

d.      Pemeriksaan Fisik

a)      Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b)      Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
c)      Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d)     Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)

e.       Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium :
a)      Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
b)      Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

2.      Diagnosa Keperawatan

1)        Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam
2)        Nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit
3)        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut



3.      Itervensi Keperawatan

No
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi
1
Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam
NOC
v  Fluid balance
v  Hydration
v  Nutritional status : food and fluid intake

Kriteria hasil :
·      Merpertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·      Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
·      Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC
Fluid management
-     Timbang popok/pembalut jika di perlukan
-     Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
-     Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortotastik), jika di perlukan
-     Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
-     Kolaborasikan pemberian cairan IV
2
Nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit
NOC
v  Pain level
v  Pain control
v  Comfort level
Kriteria hasil:
·         Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri mencari bantuan )
·         Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·         Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·         Menyatakan rasa nyaman stelah nyeri berkurang

NIC
Paint management
-       Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-       Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-       Gunakan teknik komunikasi teraupetikuntuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-       Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-       Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
3
4)        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut

NOC
v  Nutritional status:
v  Nutritional status : food and fluid intake
v  Nutritional status: nutrient intake
v  Weight control
Kriteria hasil :
·         Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
·         Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
·         Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
·         Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
·         Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
·         Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrition management
-       Kaji adanya alergi makanan
-       Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien
-       Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
-       Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Nutrition monitoring
-       BB pasien dalam batas normal
-       Monitor adanya penurunan berat badan
-       Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa di lakukan
-       Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi
Korialisnya mengalami perubahan hidrofobik
2.      Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin
3.      Mola hidatidosa terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa sempurna
b. Mola hidatidosa parsial
4.      Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama dari mola hidatidosa
5.      Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium, radiologik dan histopatologik
6.      Penatalaksanaan :
a.       Evakuasi : Kuret atau kuret isap
b.      Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-3 tahun
c.       Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX)
7.      Komplikasi
-        Syok
-        Anemia
-        Infeksi Sekunder

B.     Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan Mola Hidatidosa. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar